Prinsip-Prinsip Pembelajaran HAM di SD/MI
Filed Under :
Prinsip-Prinsip Pembelajaran HAM di SD/MI
by agung
Senin, 03 November 2014
Prinsip-Prinsip Pembelajaran HAM di
SD/MI
Sesuai
dengan hakikat pembelajaran anak usia SD/MI diatas, maka prinsip yang digunakan
dalam pembelajaran HAM dikembangkan sesuai dengan karakteristik belajar anak.
Sesuai dengan
hakikat anak SD/MI dan pendekatan pembelajaran, maka prinsip yang digunakan
dalam pembelajaran HAM dikembangkan sesuai dengan karakteristik belajar anak.
Pertama,
anak SD/MI belajar secara konkrit sehingga pembelajaran HAM diupayakan secara
konrkit pula. Implikasi dari prinsip ini maka pembelajaran HAM bagi anak SD/MI
menuntut guru untuk selalu menggunakan media dan sumber pembelajaran yang
bersifat konkrit dan dapat ditangkap secara inderawi. Media dan sumber
pembelajaran yang dimaksud dapat berupa media dan sumber pembelajaran yang
dirancang dan tidak dirancang untuk pembelajaran. Media dan sumber yang
direncanakan adalah media dan sumber yang memang dengan sengaja dibuat untuk
kepentingan pembelajaran. Sedangkan media dan sumber pembelajaran yang tidak
direncanakan adalah segala sumber yang memang tidak disengaja untuk kepentingan
pembelajaran. Misalnya jalan raya, pasar, stasiun, dan terminal. Media dapat juga yang bersifat alami dan
buatan.
Kedua,
pembelajaran HAM menggunakan prinsip bermain sambil belajar dan belajar seraya
bermain. Bermain akan membuat anak berinteraksi dan belajar menghargai hak
orang lain. Pola bermain dapat dibedakan menjadi tiga: (a) bermain bebas, (b)
bermain dengan bimbingan, dan (c) bermain dengan diarahkan (Sumiarti Padmonodewo,
1995). Bermain bebas adalah suatu bentuk kegiatan bermain yang memberikan
kebebasan kepada anak untuk melakukan berbagai pilihan alat dan menggunakannya.
Bermain dengan bimbingan adalah suatu
kegiatan bermain dengan cara guru memilihkan alat-alat permainan dan anak
diharapkan dapat menemukan pengertian
tertentu. Bermain dengan diarahkan adalah suatu bentuk permainan dengan guru
mengajarkan cara menyelesaikan tugas tertentu. Bermain dapat menggunakan alat permainan
ataupun tanpa alat permainan. Berbagai permainan dapat digunakan di dalam
pembelajaran HAM.
Ketiga, pembelajaran HAM di SD/MI menggunakan
prinsip active learning. Pembelajaran aktif memberikan kesempatan
seluas-luasnya kepada anak untuk aktif mencari dan memaknai nilai-nilai HAM.
Seluruh anggota tubuh dan psikologis anak bekerja baik melalui belajar individual maupun
bekerja sama dalam kelompok. Problem solving akan memberikan tantangan pada
anak untuk aktif menyelesaikan masalah tersebut.
Keempat,
pembelajaran HAM di SD/MI dilaksanakan dalam suasana yang menyenangkan. Joyfull learning akan
sangat menyenangkan dan membuat belajar anak menjadi ceria, tanpa tekanan, dan
menarik. Guru dapat membuat pembelajaran
menjadi menyenangkan dengan memberikan sentuhan akrab, ramah, sambil bernyanyi,
dengan gambar, dan lain sebagainya.
Kelima,
pembelajaram HAM di SD/MI berpusat pada anak. Artinya anak menjadi subjek
pelaku yang aktif di dalam belajar. Guru hanya berperan sebagai fasilitator
dalam membantu anak mudah mempelajari nilai-nilai HAM. Pembelajaran HAM perlu
mempertimbangkan aspek kemampuan dan potensi anak, suasana psikologis dan moral
anak.
Keenam,
pembelajaran HAM di SD memberikan kesempatan kepada anak untuk mengalami, bukan
saja melihat atau mendengar melainkan seluruh panca inderanya dan mental
psikologis anak aktif mengalami sendiri dalam kegiatan yang memuat nilai-nilai
HAM. Pembelajaran HAM memberikan kesempatan seluas-luasnya pada anak untuk
bereksperimen (mencoba) mengalami berbagai kegiatan pembelajaran HAM.
Pembelajaran
HAM di SD/MI dapat mengembangkan berbagai keterampilan sosial, kognitif, dan
emosional serta spiritual. Multiple intelligence dapat ditumbuh kembangkan
dalam pembelajaran HAM sehingga pembelajaran tersebut akan lebih bermakna bagi
kehidupan anak.
Prinsip-Prinsip
Pembelajaran HAM di SD/MI
Sesuai dengan hakikat pembelajaran anak usia SD/MI diatas, maka prinsip
yang digunakan dalam pembelajaran HAM dikembangkan sesuai dengan karakteristik
belajar anak.
Sesuai dengan hakikat anak SD/MI dan pendekatan pembelajaran, maka prinsip
yang digunakan dalam pembelajaran HAM dikembangkan sesuai dengan karakteristik
belajar anak.
Pertama, anak SD/MI belajar secara konkrit sehingga pembelajaran HAM
diupayakan secara konrkit pula. Implikasi dari prinsip ini maka pembelajaran
HAM bagi anak SD/MI menuntut guru untuk selalu menggunakan media dan sumber
pembelajaran yang bersifat konkrit dan dapat ditangkap secara inderawi. Media
dan sumber pembelajaran yang dimaksud dapat berupa media dan sumber
pembelajaran yang dirancang dan tidak dirancang untuk pembelajaran. Media dan
sumber yang direncanakan adalah media dan sumber yang memang dengan sengaja
dibuat untuk kepentingan pembelajaran. Sedangkan media dan sumber pembelajaran
yang tidak direncanakan adalah segala sumber yang memang tidak disengaja untuk
kepentingan pembelajaran. Misalnya jalan raya, pasar, stasiun, dan
terminal. Media dapat juga yang bersifat
alami dan buatan.
Kedua, pembelajaran HAM menggunakan prinsip bermain sambil belajar dan
belajar seraya bermain. Bermain akan membuat anak berinteraksi dan belajar
menghargai hak orang lain. Pola bermain dapat dibedakan menjadi tiga: (a)
bermain bebas, (b) bermain dengan bimbingan, dan (c) bermain dengan diarahkan
(Sumiarti Padmonodewo, 1995). Bermain bebas adalah suatu bentuk kegiatan
bermain yang memberikan kebebasan kepada anak untuk melakukan berbagai pilihan
alat dan menggunakannya. Bermain dengan bimbingan adalah suatu kegiatan bermain dengan cara
guru memilihkan alat-alat permainan dan anak diharapkan dapat menemukan pengertian tertentu. Bermain dengan diarahkan
adalah suatu bentuk permainan dengan guru mengajarkan cara menyelesaikan tugas
tertentu. Bermain dapat menggunakan alat permainan ataupun tanpa alat
permainan. Berbagai permainan dapat digunakan di dalam pembelajaran HAM.
Ketiga, pembelajaran HAM di SD/MI
menggunakan prinsip active learning. Pembelajaran aktif memberikan kesempatan
seluas-luasnya kepada anak untuk aktif mencari dan memaknai nilai-nilai HAM.
Seluruh anggota tubuh dan psikologis anak bekerja baik melalui belajar individual maupun
bekerja sama dalam kelompok. Problem solving akan memberikan tantangan pada
anak untuk aktif menyelesaikan masalah tersebut.
Keempat, pembelajaran HAM di SD/MI dilaksanakan dalam suasana yang menyenangkan. Joyfull learning akan
sangat menyenangkan dan membuat belajar anak menjadi ceria, tanpa tekanan, dan
menarik. Guru dapat membuat pembelajaran
menjadi menyenangkan dengan memberikan sentuhan akrab, ramah, sambil bernyanyi,
dengan gambar, dan lain sebagainya.
Kelima, pembelajaram HAM di SD/MI berpusat pada anak. Artinya anak menjadi
subjek pelaku yang aktif di dalam belajar. Guru hanya berperan sebagai
fasilitator dalam membantu anak mudah mempelajari nilai-nilai HAM. Pembelajaran
HAM perlu mempertimbangkan aspek kemampuan dan potensi anak, suasana psikologis
dan moral anak.
Keenam, pembelajaran HAM di SD memberikan kesempatan kepada anak untuk
mengalami, bukan saja melihat atau mendengar melainkan seluruh panca inderanya
dan mental psikologis anak aktif mengalami sendiri dalam kegiatan yang memuat
nilai-nilai HAM. Pembelajaran HAM memberikan kesempatan seluas-luasnya pada
anak untuk bereksperimen (mencoba) mengalami berbagai kegiatan pembelajaran
HAM.
Pembelajaran HAM di SD/MI dapat mengembangkan berbagai keterampilan sosial,
kognitif, dan emosional serta spiritual. Multiple intelligence dapat ditumbuh
kembangkan dalam pembelajaran HAM sehingga pembelajaran tersebut akan lebih
bermakna bagi kehidupan anak.
Prinsip Prinsip
Disiplin dan Punishment pada Level Sekolah dan Kelas BAB I PENDAHULUAN A. Latar
Belakang Disiplin bagi peserta didik adalah hal yang rumit dipelajari sebab
disiplin merupakan hal yang kompleks dan banyak kaitannya yaitu berkait antara
pengetahuan, sikap dan perilaku, kebenaran, kejujuran, tanggung jawab, kebebasan,
rasa kasih sayang, tolong menolong dan sebagainya adalah beberapa aturan
disiplin kemasyarakatan yang harus dipelajari/diketahui, disikapi dan
ditegakkan oleh para siswa. Dalam kaitan ini perlu diingat bahwa (1) disiplin
dipertimbangkan sebagai kecenderungan dari para peserta didik menyetujui
harapan para guru, (2) disiplin merupakan alat bantu menumbuhkan gagasan
mutakhir dan seleksi praktik-praktik baru, dan (3) pelayanan yang layak
cenderung menumbuhkan kualitas disiplin. B. Tujuan Pembahasan Setelah mempelajari
bab ini anda diharapkan dapat: 1. Mengetahui pengertian disiplin kelas dan
punishment, 2. Mengetahui dari mana saja sumber-sumber pelanggaran, 3.
Mengetahui apa itu peraturan dan tata tertib kelas, 4. Mengetahui apa itu
disiplin pada level sekolah dan kelas, BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Disiplin
dan Punisment Disiplin berasal dari bahasa latin, Discere yang berarti belajar.
Dari kata ini timbul kata Disciplina yang berarti pengajaran atau pelatihan.
Dan sekarang kata disiplin mengalami perkembangan makna dalam beberapa
pengertian. Pertama, disiplin diartikan sebagai kepatuhan terhadap peratuaran
atau tunduk pada pengawasan, dan pengendalian. Kedua disiplin sebagai latihan
yang bertujuan mengembangkan diri agar dapat berperilaku tertib. Menurut Kamus
Bahasa Indonesia, disiplin adalah ketaatan pada peraturan (tata tertib). Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa disiplin adalah pernyataan sikap mental dari
individu maupun masyarakat yang mencerminkan rasa ketaatan, kepatuhan yang
didukung oleh kesadaran untuk menunaikan tugas dan kewajiban dalam rangka
pencapaian tujuan. Reward and Punisment diartikan sebagai pemberian penghargaan
dan hukuman, penghargaan disini bukan hanya penghargan dalam bentuk materi saja
termasuk didalamnya adalah pujian kepada guru yang dipandang disiplin dalam
kehadiran dikelas pada kegiatan belajar mengajar dan teguran atau hukuman
kepada guru yang sering terlambat masuk kelas. Reward artinya ganjaran, hadiah,
penghargaan atau imbalan. Dalam konsep manajemen, reward merupakan salah satu
alat untuk peningkatan motivasi para pegawai. Metode ini bisa meng-asosiasi-kan
perbuatan dan kelakuan seseorang dengan perasaan bahagia, senang, dan biasanya
akan membuat mereka melakukan suatu perbuatan yang baik secara berulang-ulang.
B. Sumber Pelanggaran Siswa yang mengalami proses belajar, supaya berhasil
sesuai dengan tujuan yang harus dicapainya, perlu memperhatikan beberapa faktor
yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya itu. Adapun faktor-faktor itu dapat
digolongkan sebagai berikut: 1. Faktor internal, ialah faktor yang timbul dari
dalam anak itu sendiri. Seperti kesehatan, rasa aman, kemampuan, minat dan
sebagainya. 2. Faktor eksternal, ialah faktor yang datang dari luar diri si
anak. Seperti kebersihan rumah, udara yang panas, lingkungan dan sebagainya.
Pada kenyataannya sebab-sebab pelanggaran disiplin kelas itu sangat unik,
bersifat sangat pribadi, kompleks dan kadang-kadang mempunyai latar belakang
yang mendalam lain dari pada sebab-sebab yang nampak. Ketidak teraturan selama
proses belajar mengajar dapat disebabkan juga oleh masalah yang ditimbulkan
oleh para peserta didik. Walaupun demikian, memang ada juga sebab-sebabnya yang
bersifat umum, misalnya: 1) Kebosanan dalam kelas merupakan sumber pelanggaran
disiplin. Mereka tidak tahu lagi apa yang harus mereka kerjakan karena yang
dikerjakan itu ke itu saja. Oleh karena itu, harus diusahakan agar siswa tetap
sibuk dengan kegiatan yang bervariasi sesuai dengan taraf perkembangannya. 2)
Perasaan kecewa dan tertekan karena siswa dituntut untuk bertingkah laku yang
kurang wajar sebagai anak remaja. 3) Tidak terpenuhinya kebutuhan akan
perhatian, pengalaman atau keberadaan pribadi siswa/status. Masalah pengelolaan
kelas dapat dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu masalah individual dan
malah kelompok. Rudlof Dreikurrs dan pearl cassel membedakan empat kelompok
masalah pengelolaan kelas individual yang didasarkan pada asumsi bahwa semua
tingkah laku individu merupakan upaya pencapaian tujuan pemenuhan keputusan
untuk diterima kelompok dan kebutuhan untuk diterima kelompok. Bila kebutuhan
ini tidak tercapai melalui cara-cara yang lumrah, maka individu yang
bersangkutan akan berusaha mencapainya dengan cara-cara yang lain.
Perbuatan-perbuatan untuk mencapai tujuan dengan cara asosial tersebut adalah:
a. Tingkah laku yang ingin memdapatkan perhatian orang lain. Misalnya membadut
dikelas. b. Tingkah laku yang ingin menunjuikan kekuatan. Misalnya selalu
mendebat, atau kehilangan kenadli dan marah-marah. c. Tingkah laku yang
bertujuan menyakiti orang lain. Misalnya berkelahi. d. Peragaan ketidak
mampuan, yaitu dalam bentuk sama sekali menolak untuk mencoba melukan apapun
karena yakin bahwa hanya keggalan yang menjadi bagiannya. Lois V Johnson dan
Mary A. Bany mengemukakan 6 kategori masalah kelompok dalam kedisiplinan
pengelolaan kelas. Masalah-masalah yang dimaksud adalah sebagai berikut: a.
Kelas kurang kohesif. Misalnya perbedaan jenis kelamin, suku dan tingkatan
sosio-ekonomi, dan sebagainya. b. Kelas mereaksi negative terhadap salah
seorang anggotanya. Misalnya, mengejek anggota kelas yang dalam pengajaran seni
suara menyanyi dengan suara sumbang. c. Membesarkan hati anggota kelas yang
justru melanggar norma kelompok. Misalnya, pemberian semangat pada badut kelas.
d. Kelompok cenderung mudah dialihkan perhatiannya dari tugas yang tengah
digarap. e. Semangat kerja yang rendah. Misalnya, semacam aksi protes kepada
guru karena menganggap tugas yang diberikan kurang adil. f. Kelas kurang mampu
menyesuaikan diri dengan keadaan baru. Misalnya gangguan jadwal atau guru kelas
terpaksa diganti sementara waktu. C. Peraturan dan Tata Tertib Kelas Sikap
disiplin yang dilakukan oleh seseorang sebenarnya adalah suatu tindakan untuk
memenuhi tuntutan nilai tertentu. Nilai-nilai tersebut diklasifikasikan menjadi:
a. Nilai-Nilai Keagamaan atau Nilai-Nilai Kepercayaan b. Nilai-Nilai
Tradisional c. Nilai-Nilai Kekuasaan d. Nilai-Nilai SubjektifNilai-Nilai
Rasional. Dalam semangat pendekatan pendidikan disiplin hendaknya memiliki
basis kemanusiaan dan prinsip-prinsip demokrasi. Prinsip kemanusiaan dan
demokrasi berfungsi sebagai petunjuk dan pengecek bagi para guru dala mengambil
kebijakan yang berhubungan dengan disiplin. Oleh karena itu, pendekatan
disiplin yang dilakukan oleh guru harus: a. Menggambarkan prinsip-prinsip
pedagogi dan hubungan kemanusiaan; b. Mengembangkan dan membentuk
profesionalisme personel dan sosial lulusan; c. Merefleksikan tumbuhnya
kepercayaan dan kontrol dari peserta didik; d. Menumbuhkan kesungguhan berbuat
dan berkreasi, baik dikalangan guru dan peserta didik tanpa ada kecurigaan dan
kecemasan; e. Menghindari perasaan beban berat an rasa terpaksa dikalangan para
peserta didik. Menegakkan disiplin tidak bertujuan untuk mengurangi kebebasan
dan kemerdekaan siswa. Menegakkan disiplin justru sebaiknya, ia ingin memberi
kemerdekaan yang lebih besar kepada siswa dalam batas-batas kemampuannya. Akan
tetapi, juga kalau kebebasan siswa terlampau dikurangi, dikekang dengan
peraturan maka siswa akan berontak dan mengalami frustasi dan kecemasan. Disekolah
disiplin banyak digunakan untuk mengontrol tingkah laku siswa yang dikehendaki
agar tugas-tugas di sekolah dapat berjalan dengan optimal. Disiplin merupakan
hal penting yang harus ditanamkan pada anak didik di sekolah sedini mungkin.
Sekolah adalah tempat utama untuk melatih dan memahami pentingnya disiplin
dalam kehidupan sehari-hari. Dengan peraturan dan tata tertib kelasyang
diterapkan setiap hari dan dengan kontrol yang terus menerus maka siswa akan
terbiasa berdisiplin. Disiplin merupakan hal penting yang harus ditanamkan pada
anak didik di sekolah sedini mungkin. Sekolah adalah tempat utama untuk
melatihkan dan memahami pentingnya disiplin dalam kehidupan sehari-hari. Dengan
peraturan dan tata tertib kelas yang diterapkan setiap hari dan dengan kontrol
yang terus-menerus maka siswa akan terbiasa berdisiplin. Kelas harus mempunyai
peraturan dan tata tertib. Peraturan dan tata tertib kelas ini harus dijelaskan
dan dicontohkan kepada siswa serta dilaksanakan secara terus-menerus. Peraturan
dan tata tertib merupakan sesuatu untuk mengatur perilaku yang diharapkan
terjadi pada siswa. D. Disiplin pada Level Sekolah dan Kelas Sekolah, dalam
upaya menciptakan disiplin secara nyata sudah barang tentu akan berusaha dan
melinatkan berbagai unsur atau pihak. Misalnya: dalam guru dalam memberdayakan
semua kebijakan; usaha mengidentifikasi secara jelas sebab-sebab siswa
berperilaku menyimpang; bekerja sama secara erat dengan orang tua, dan para
pembina atau pendamping sekolah. Sekolah juga menggunakan beberapa pendekatan
untuk menanggulangi perilaku menyimpang para siswa melalui manajemen
pembelajaran atau kurikuler. Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan timbulnya
problema disiplin adalah kegaduhan, corak suasana sekoah, pengaruh komunitas
yang tidak diinginkan, ketidak teraturan dan ketidak ajegan dalam menerapkan
peraturan atau hukum. Tipe-tipe penanggulangan problema disiplin ini biasanya
didekati oleh pendekatan teknik manajerial. Misal, Kepala Sekolah dapat meminta
staf sekolah, pembina, dan guru untuk mengetahui para siswa dan latar
belakangnya, menyusun jadwal sebaik mungkin sehingga tidak terjadi satu
kegiatan mengganggu kegiatan lain atau kegiatan berfluktuasi pada saat yang
sama, menciptakan suasana seperti di rumah sendiri dengan memodifikasi sekolah
secara artistik dengan tanaman hidup agar para siswa betah tinggal di sekolah.
Sekolah juga dapat mengurangi problema timbulnya gangguan disiplin dengan
menjalin hubungan baik dan kerja sama dengan komunitas lingkungan sekitar dan
aparat keamanan lingkungan. Hubungan kerjasama tersebut seperti memberi
kesempatan tersebut seperti memberi keempatan kepada masyarakat sekitar
memanfaatkan sebagai fasilitas sekolahdan melibatkan mereka untuk ikut serta
membangun wilayah sekitar. Disamping itu sekolah secara teratur menyampaikan
laporan dan meminta laporan kepada aparat keamanan. Memberi laporan tentang
kegiatan sekolah, misal laporan kegiatan penerimaan dan pengumuman penerimaan
siswa baru, pengumuman kelulusan evaluasi belajar nasonal (EBTANAS), acara
pekan olah raga dan seni dan sebagainya. Meminta laporan tentang situasi
keamanan pada setiap saat, dan memberi kesempatan kepada yang berwajib memberi
penyuluhan tentang gerakan disiplin nasional, bahaya narkotik, tertib lalu
linas dansebagainya. Banyak sekolah menghadapi bermacam-macam gangguan disiplin
karena adanya watak suka merusak, perbuatan merusak fasilitas sekolah, merokok,
dan penggunaan obat-obat terlarang dari para siswanya. Unsur utama dalam
situasi belajar mengajar pada tingkatan sekolah, adalah kepatuhan. Perangsang
atau stimulus, datangnya dari guru dalam membentuk pertanyaan atau tugas. Murid
hanya menjawab atau melakukannya. Inisiatif anak sebisa mungkin dihambat.
Disiplin, terutama bersifat negative dan jalannya pelajaran. Kebanyakan
cara-cara mengajar masih dalam tingkatan seperti ini. BAB III PENUTUP A.
Kesimpulan Disiplin berasal dari bahasa latin Discere yang berarti belajar.
Dari kata ini timbul kata Disciplina yang berarti pengajaran atau pelatihan.
Dan sekarang kata disiplin mengalami perkembangan makna dalam beberapa
pengertian. Reward and Punisment diartikan sebagai pemberian penghargaan dan
hukuman, penghargaan disini bukan hanya penghargan dalam bentuk materi saja
termasuk didalamnya adalah pujian kepada guru yang dipandang disiplin dalam kehadiran
dikelas pada kegiatan belajar mengajar dan teguran atau hukuman kepada guru
yang sering terlambat masuk kelas. Masalah pengelolaan kelas dapat
dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu masalah individual dan malah kelompok.
Menegakkan disiplin tidak bertujuan untuk mengurangi kebebasan dan kemerdekaan
siswa. Menegakkan disiplin justru sebaiknya, ia ingin memberi kemerdekaan yang
lebih besar kepada siswa dalam batas-batas kemampuannya. Akan tetapi, juga
kalau kebebasan siswa terlampau dikurangi, dikekang dengan peraturan maka siswa
akan berontak dan mengalami frustasi dan kecemasan. Disekolah disiplin banyak
digunakan untuk mengontrol tingkah laku siswa yang dikehendaki agar tugas-tugas
di sekolah dapat berjalan dengan optimal. Dalam prinsip pengajaran yang
seringkali diterapkan adalah, bahwa unsur utama dalam situasi belajar mengajar
pada tingkatan sekolah, adalah kepatuhan. Perangsang atau stimulus, datangnya
dari guru dalam membentuk pertanyaan atau tugas. Murid hanya menjawab atau
melakukannya. Inisiatif anak sebisa mungkin dihambat. DAFTAR PUSTAKA Amstrong.
Michael, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1991
Roestiyan. Masalah-masalah Ilmu Keguruan, Jakarta: Bina Aksara, 1982 Imron.
Pembinaan Guru di Indonesia, Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya, 1995 Riyanto.
Paradigma Baru Pembelajaran, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009
Arikunto Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1993
Rohani, Ahmad. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: PT Asli Mahasatya, 2004 Nasution,
dkk. Mengajar dengan Sukses. Jakarta: Bumi Aksara, 1995 Jones, Vern. Manajemen
Kelas Komprehensif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012
Copy n Win at: http://bit.ly/copyandwin
Copy n Win at: http://bit.ly/copyandwin
Prinsip Prinsip
Disiplin dan Punishment pada Level Sekolah dan Kelas
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Disiplin bagi peserta didik adalah hal yang rumit dipelajari sebab
disiplin merupakan hal yang kompleks dan banyak kaitannya yaitu berkait
antara pengetahuan, sikap dan perilaku, kebenaran, kejujuran, tanggung
jawab, kebebasan, rasa kasih sayang, tolong menolong dan sebagainya
adalah beberapa aturan disiplin kemasyarakatan yang harus
dipelajari/diketahui, disikapi dan ditegakkan oleh para siswa.
Dalam kaitan ini perlu diingat bahwa (1) disiplin dipertimbangkan
sebagai kecenderungan dari para peserta didik menyetujui harapan para
guru, (2) disiplin merupakan alat bantu menumbuhkan gagasan mutakhir dan
seleksi praktik-praktik baru, dan (3) pelayanan yang layak cenderung
menumbuhkan kualitas disiplin.
B. Tujuan Pembahasan
Setelah mempelajari bab ini anda diharapkan dapat:
1. Mengetahui pengertian disiplin kelas dan punishment,
2. Mengetahui dari mana saja sumber-sumber pelanggaran,
3. Mengetahui apa itu peraturan dan tata tertib kelas,
4. Mengetahui apa itu disiplin pada level sekolah dan kelas,
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Disiplin dan Punisment
Disiplin berasal dari bahasa latin, Discere yang berarti belajar. Dari
kata ini timbul kata Disciplina yang berarti pengajaran atau pelatihan.
Dan sekarang kata disiplin mengalami perkembangan makna dalam beberapa
pengertian. Pertama, disiplin diartikan sebagai kepatuhan terhadap
peratuaran atau tunduk pada pengawasan, dan pengendalian. Kedua disiplin
sebagai latihan yang bertujuan mengembangkan diri agar dapat
berperilaku tertib. Menurut Kamus Bahasa Indonesia, disiplin adalah
ketaatan pada peraturan (tata tertib).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa disiplin adalah pernyataan
sikap mental dari individu maupun masyarakat yang mencerminkan rasa
ketaatan, kepatuhan yang didukung oleh kesadaran untuk menunaikan tugas
dan kewajiban dalam rangka pencapaian tujuan.
Reward and Punisment diartikan sebagai pemberian penghargaan dan
hukuman, penghargaan disini bukan hanya penghargan dalam bentuk materi
saja termasuk didalamnya adalah pujian kepada guru yang dipandang
disiplin dalam kehadiran dikelas pada kegiatan belajar mengajar dan
teguran atau hukuman kepada guru yang sering terlambat masuk kelas.
Reward artinya ganjaran, hadiah, penghargaan atau imbalan. Dalam konsep
manajemen, reward merupakan salah satu alat untuk peningkatan motivasi
para pegawai. Metode ini bisa meng-asosiasi-kan perbuatan dan kelakuan
seseorang dengan perasaan bahagia, senang, dan biasanya akan membuat
mereka melakukan suatu perbuatan yang baik secara berulang-ulang.
B. Sumber Pelanggaran
Siswa yang mengalami proses belajar, supaya berhasil sesuai dengan
tujuan yang harus dicapainya, perlu memperhatikan beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi hasil belajarnya itu. Adapun faktor-faktor itu dapat
digolongkan sebagai berikut:
1. Faktor internal, ialah faktor yang timbul dari dalam anak itu
sendiri. Seperti kesehatan, rasa aman, kemampuan, minat dan sebagainya.
2. Faktor eksternal, ialah faktor yang datang dari luar diri si
anak. Seperti kebersihan rumah, udara yang panas, lingkungan dan
sebagainya.
Pada kenyataannya sebab-sebab pelanggaran disiplin kelas itu sangat
unik, bersifat sangat pribadi, kompleks dan kadang-kadang mempunyai
latar belakang yang mendalam lain dari pada sebab-sebab yang nampak.
Ketidak teraturan selama proses belajar mengajar dapat disebabkan juga
oleh masalah yang ditimbulkan oleh para peserta didik. Walaupun
demikian, memang ada juga sebab-sebabnya yang bersifat umum, misalnya:
1) Kebosanan dalam kelas merupakan sumber pelanggaran disiplin.
Mereka tidak tahu lagi apa yang harus mereka kerjakan karena yang
dikerjakan itu ke itu saja. Oleh karena itu, harus diusahakan agar siswa
tetap sibuk dengan kegiatan yang bervariasi sesuai dengan taraf
perkembangannya.
2) Perasaan kecewa dan tertekan karena siswa dituntut untuk
bertingkah laku yang kurang wajar sebagai anak remaja.
3) Tidak terpenuhinya kebutuhan akan perhatian, pengalaman atau
keberadaan pribadi siswa/status.
Masalah pengelolaan kelas dapat dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu
masalah individual dan malah kelompok.
Rudlof Dreikurrs dan pearl cassel membedakan empat kelompok masalah
pengelolaan kelas individual yang didasarkan pada asumsi bahwa semua
tingkah laku individu merupakan upaya pencapaian tujuan pemenuhan
keputusan untuk diterima kelompok dan kebutuhan untuk diterima kelompok.
Bila kebutuhan ini tidak tercapai melalui cara-cara yang lumrah, maka
individu yang bersangkutan akan berusaha mencapainya dengan cara-cara
yang lain. Perbuatan-perbuatan untuk mencapai tujuan dengan cara asosial
tersebut adalah:
a. Tingkah laku yang ingin memdapatkan perhatian orang lain.
Misalnya membadut dikelas.
b. Tingkah laku yang ingin menunjuikan kekuatan. Misalnya selalu
mendebat, atau kehilangan kenadli dan marah-marah.
c. Tingkah laku yang bertujuan menyakiti orang lain. Misalnya
berkelahi.
d. Peragaan ketidak mampuan, yaitu dalam bentuk sama sekali
menolak untuk mencoba melukan apapun karena yakin bahwa hanya keggalan
yang menjadi bagiannya.
Lois V Johnson dan Mary A. Bany mengemukakan 6 kategori masalah kelompok
dalam kedisiplinan pengelolaan kelas. Masalah-masalah yang dimaksud
adalah sebagai berikut:
a. Kelas kurang kohesif. Misalnya perbedaan jenis kelamin, suku
dan tingkatan sosio-ekonomi, dan sebagainya.
b. Kelas mereaksi negative terhadap salah seorang anggotanya.
Misalnya, mengejek anggota kelas yang dalam pengajaran seni suara
menyanyi dengan suara sumbang.
c. Membesarkan hati anggota kelas yang justru melanggar norma
kelompok. Misalnya, pemberian semangat pada badut kelas.
d. Kelompok cenderung mudah dialihkan perhatiannya dari tugas yang
tengah digarap.
e. Semangat kerja yang rendah. Misalnya, semacam aksi protes
kepada guru karena menganggap tugas yang diberikan kurang adil.
f. Kelas kurang mampu menyesuaikan diri dengan keadaan baru.
Misalnya gangguan jadwal atau guru kelas terpaksa diganti sementara
waktu.
C. Peraturan dan Tata Tertib Kelas
Sikap disiplin yang dilakukan oleh seseorang sebenarnya adalah suatu
tindakan untuk memenuhi tuntutan nilai tertentu. Nilai-nilai tersebut
diklasifikasikan menjadi:
a. Nilai-Nilai Keagamaan atau Nilai-Nilai Kepercayaan
b. Nilai-Nilai Tradisional
c. Nilai-Nilai Kekuasaan
d. Nilai-Nilai SubjektifNilai-Nilai Rasional.
Dalam semangat pendekatan pendidikan disiplin hendaknya memiliki basis
kemanusiaan dan prinsip-prinsip demokrasi. Prinsip kemanusiaan dan
demokrasi berfungsi sebagai petunjuk dan pengecek bagi para guru dala
mengambil kebijakan yang berhubungan dengan disiplin. Oleh karena itu,
pendekatan disiplin yang dilakukan oleh guru harus:
a. Menggambarkan prinsip-prinsip pedagogi dan hubungan
kemanusiaan;
b. Mengembangkan dan membentuk profesionalisme personel dan sosial
lulusan;
c. Merefleksikan tumbuhnya kepercayaan dan kontrol dari peserta
didik;
d. Menumbuhkan kesungguhan berbuat dan berkreasi, baik dikalangan
guru dan peserta didik tanpa ada kecurigaan dan kecemasan;
e. Menghindari perasaan beban berat an rasa terpaksa dikalangan
para peserta didik.
Menegakkan disiplin tidak bertujuan untuk mengurangi kebebasan dan
kemerdekaan siswa. Menegakkan disiplin justru sebaiknya, ia ingin
memberi kemerdekaan yang lebih besar kepada siswa dalam batas-batas
kemampuannya. Akan tetapi, juga kalau kebebasan siswa terlampau
dikurangi, dikekang dengan peraturan maka siswa akan berontak dan
mengalami frustasi dan kecemasan. Disekolah disiplin banyak digunakan
untuk mengontrol tingkah laku siswa yang dikehendaki agar tugas-tugas di
sekolah dapat berjalan dengan optimal.
Disiplin merupakan hal penting yang harus ditanamkan pada anak didik di
sekolah sedini mungkin. Sekolah adalah tempat utama untuk melatih dan
memahami pentingnya disiplin dalam kehidupan sehari-hari. Dengan
peraturan dan tata tertib kelasyang diterapkan setiap hari dan dengan
kontrol yang terus menerus maka siswa akan terbiasa berdisiplin.
Disiplin merupakan hal penting yang harus ditanamkan pada anak didik di
sekolah sedini mungkin. Sekolah adalah tempat utama untuk melatihkan dan
memahami pentingnya disiplin dalam kehidupan sehari-hari. Dengan
peraturan dan tata tertib kelas yang diterapkan setiap hari dan dengan
kontrol yang terus-menerus maka siswa akan terbiasa berdisiplin.
Kelas harus mempunyai peraturan dan tata tertib. Peraturan dan tata
tertib kelas ini harus dijelaskan dan dicontohkan kepada siswa serta
dilaksanakan secara terus-menerus. Peraturan dan tata tertib merupakan
sesuatu untuk mengatur perilaku yang diharapkan terjadi pada siswa.
D. Disiplin pada Level Sekolah dan Kelas
Sekolah, dalam upaya menciptakan disiplin secara nyata sudah barang
tentu akan berusaha dan melinatkan berbagai unsur atau pihak. Misalnya:
dalam guru dalam memberdayakan semua kebijakan; usaha mengidentifikasi
secara jelas sebab-sebab siswa berperilaku menyimpang; bekerja sama
secara erat dengan orang tua, dan para pembina atau pendamping sekolah.
Sekolah juga menggunakan beberapa pendekatan untuk menanggulangi
perilaku menyimpang para siswa melalui manajemen pembelajaran atau
kurikuler.
Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan timbulnya problema disiplin
adalah kegaduhan, corak suasana sekoah, pengaruh komunitas yang tidak
diinginkan, ketidak teraturan dan ketidak ajegan dalam menerapkan
peraturan atau hukum. Tipe-tipe penanggulangan problema disiplin ini
biasanya didekati oleh pendekatan teknik manajerial. Misal, Kepala
Sekolah dapat meminta staf sekolah, pembina, dan guru untuk mengetahui
para siswa dan latar belakangnya, menyusun jadwal sebaik mungkin
sehingga tidak terjadi satu kegiatan mengganggu kegiatan lain atau
kegiatan berfluktuasi pada saat yang sama, menciptakan suasana seperti
di rumah sendiri dengan memodifikasi sekolah secara artistik dengan
tanaman hidup agar para siswa betah tinggal di sekolah. Sekolah juga
dapat mengurangi problema timbulnya gangguan disiplin dengan menjalin
hubungan baik dan kerja sama dengan komunitas lingkungan sekitar dan
aparat keamanan lingkungan. Hubungan kerjasama tersebut seperti memberi
kesempatan tersebut seperti memberi keempatan kepada masyarakat sekitar
memanfaatkan sebagai fasilitas sekolahdan melibatkan mereka untuk ikut
serta membangun wilayah sekitar.
Disamping itu sekolah secara teratur menyampaikan laporan dan meminta
laporan kepada aparat keamanan. Memberi laporan tentang kegiatan
sekolah, misal laporan kegiatan penerimaan dan pengumuman penerimaan
siswa baru, pengumuman kelulusan evaluasi belajar nasonal (EBTANAS),
acara pekan olah raga dan seni dan sebagainya. Meminta laporan tentang
situasi keamanan pada setiap saat, dan memberi kesempatan kepada yang
berwajib memberi penyuluhan tentang gerakan disiplin nasional, bahaya
narkotik, tertib lalu linas dansebagainya. Banyak sekolah menghadapi
bermacam-macam gangguan disiplin karena adanya watak suka merusak,
perbuatan merusak fasilitas sekolah, merokok, dan penggunaan obat-obat
terlarang dari para siswanya.
Unsur utama dalam situasi belajar mengajar pada tingkatan sekolah,
adalah kepatuhan. Perangsang atau stimulus, datangnya dari guru dalam
membentuk pertanyaan atau tugas. Murid hanya menjawab atau melakukannya.
Inisiatif anak sebisa mungkin dihambat. Disiplin, terutama bersifat
negative dan jalannya pelajaran. Kebanyakan cara-cara mengajar masih
dalam tingkatan seperti ini.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Disiplin berasal dari bahasa latin Discere yang berarti belajar. Dari
kata ini timbul kata Disciplina yang berarti pengajaran atau pelatihan.
Dan sekarang kata disiplin mengalami perkembangan makna dalam beberapa
pengertian. Reward and Punisment diartikan sebagai pemberian penghargaan
dan hukuman, penghargaan disini bukan hanya penghargan dalam bentuk
materi saja termasuk didalamnya adalah pujian kepada guru yang dipandang
disiplin dalam kehadiran dikelas pada kegiatan belajar mengajar dan
teguran atau hukuman kepada guru yang sering terlambat masuk kelas.
Masalah pengelolaan kelas dapat dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu
masalah individual dan malah kelompok.
Menegakkan disiplin tidak bertujuan untuk mengurangi kebebasan dan
kemerdekaan siswa. Menegakkan disiplin justru sebaiknya, ia ingin
memberi kemerdekaan yang lebih besar kepada siswa dalam batas-batas
kemampuannya. Akan tetapi, juga kalau kebebasan siswa terlampau
dikurangi, dikekang dengan peraturan maka siswa akan berontak dan
mengalami frustasi dan kecemasan. Disekolah disiplin banyak digunakan
untuk mengontrol tingkah laku siswa yang dikehendaki agar tugas-tugas di
sekolah dapat berjalan dengan optimal.
Dalam prinsip pengajaran yang seringkali diterapkan adalah, bahwa unsur
utama dalam situasi belajar mengajar pada tingkatan sekolah, adalah
kepatuhan. Perangsang atau stimulus, datangnya dari guru dalam membentuk
pertanyaan atau tugas. Murid hanya menjawab atau melakukannya.
Inisiatif anak sebisa mungkin dihambat.
DAFTAR PUSTAKA
Amstrong. Michael, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Ghalia
Indonesia, 1991
Roestiyan. Masalah-masalah Ilmu Keguruan, Jakarta: Bina Aksara, 1982
Imron. Pembinaan Guru di Indonesia, Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya,
1995
Riyanto. Paradigma Baru Pembelajaran, Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2009
Arikunto Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi, Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 1993
Rohani, Ahmad. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: PT Asli Mahasatya, 2004
Nasution, dkk. Mengajar dengan Sukses. Jakarta: Bumi Aksara, 1995
Jones, Vern. Manajemen Kelas Komprehensif. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2012
Copy n Win at: http://bit.ly/copyandwin
Copy n Win at: http://bit.ly/copyandwin
0 komentar:
Posting Komentar